Untukmempercepat penyelesaian Perang Padri, Gubernur Jenderal van den Bosch datang ke Sumatera Barat untuk menyaksikan sendiri keadaan di medan pertempuran. Tindakan Belanda tersebut semakin membangkitkan perlawanan-perlawanan rakyat di berbagai daerah seperti di Tanah Laut, Hulu Sungai Barito, dan Kapuas Kahayan. Akibatnya Belanda semakin
Perlawananrakyat di berbagai daerah seperti Perang Padri, Perang Diponegoro, Perang Banjar, dan sebagainya pada masa penjajahan gagal mengusir penjajah dari Indonesia. Berikut yang merupakan penyebab kegagalan perjuangan pada masa tersebut yaitu.
Secarasingkat, perang Padri adalah perlagaan yang berlanjut di Sumatera Barat tepatnya di Imperium Pagaruyung puas masa 1803 sampai 1838, antara kaum Padri, kaum adat dan kolonialis Belanda. Biang kerok perang Padri yang terkenal bernama Tuanku Pastor Bonjol, otak enggak yang juga ikut terlibat seperti Raja Nan Renceh, Tuanku Pasaman, Tuanku Padatahun 1832 maka Belanda semakin meningkat kekuatan kaum Padri di berbagai daerah. Pasukan legium Sentot Ali Basah Prawirodirjo dengan 300 prajurit bersenjata. Dengan digelorakan Perang Sabil, perlawanan rakyat Aceh semakin meluas.Apalagi dengan seruan Sultan Muhammad Daud Syah yang menyerukan gerakan amal untuk membiayai perang, telah5 Perang Padri yang terjadi di Minangkabau, Sumatera Barat digerakkan oleh para pembaru Islam yang sedang konflik dengan kaum Adat. Adanya pertentangan tersebut telah memberikan peluang intervensi pasukan Belanda dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Hal ini menyebabkan beberapa kali perlawanan antara kaum Padri dengan pasukan Belanda.
Haltersebut memicu perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah di tanah air kepada pihak penjajah secara bersamaan.Seperti perlawanan rakyat di Aceh, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali hingga Banten. Semua perlawanan rakyat Indonesia di setiap daerah tersebut bertujuan sama. Adapun tujuan utamanya dalam rangka melawan keserakahan, penindasan
Praktikkolonialisme yang dilakukan oleh Belanda membuat rakyat Indonesia melancarkan berbagai reaksi dan perlawanan. Sebelum tahun 1900, perlawanan rakyat Indonesia bersifat kedaerahan. Seperti, Perang Padri (1819-1832), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Banjarmasin, Perang Aceh (1973-1912). Menurut Kartodirdjo (1999, hlm. 6cZU.